Saturday, June 29, 2013

MENEMBUS KABUT

by : Ayyu Nita Dewi

Pepohonan yang rindang seakan menghalangi sinar matahari menembusnya, menambah sejuknya hawa pegunungan. Dua orang sahabat menelusuri jalan yang tinggal batu-batu, sisa dari aspal yang mengelupas., hingga sampai ke sebuah dusun.
”Sepertinya dari sini kita harus berjalan kaki nih”. Kataku kepada Wisnu.
“Ya udah, kita titipin motor kerumah itu saja”. Kata Wisnu sambil menunjuk ke arah sebuah rumah. Kemudian kami berdua berjalan ke arah rumah itu.
“Assalamu’allaikum….”. seru kami berdua.
“Waallaikum sallam”. Jawab seorang perempuan dibalik pintu.
Setelah pintu terbuka Wisnu berkata ”Permisi bu, boleh kami menitipkan motor disini…?”.
“Boleh saja, memang Mas-mas ini pada mau kemana?”.Tanya ibu itu.
“Ke Curug Genting bu…”. Jawabku .
“Oh…, ya sudah hati-hati ya mas…?” kata ibu itu.
“Iya bu, kalau begitu kami permisi dulu”. Kata Wisnu sambil berpamitan.


Kamipun berlalu dan mengikuti jalan setapak yang agak ditutupi oleh rumput. Kali ini alam tidak berpihak pada kami. Langit terlihat kelabu dan tak lama rintik hujunpun turun.
“Kayaknya mau hujan deras nie”. Kata Wisnu.
“Ah, palingan Cuma gepimis tog”. Sangkalku.

Ditengah-tengah perjalanan kami, kabut turun dan mengurangi jarak pandang kami. Hawa dingin serasa menusuk tubuh kami dan tanpa sadar kami melewati sebuah pemakaman yang sepertinya tidak terawat dengan baik sehingga menampakan kesan seram.
“Diujung sana jalan terbagi menjadi dua nih, kita pilih yang mana?”. Tanyaku kepada Wisnu.”Sebelah kanan saja, nampaknya biasa dilewati penduduk”. Jawab Wisnu. Akhirnya kami berdua memutuskan melalui jalur tersebut.

“Bruk…” terdengar suara dari arah belakangku. Ternyata Wisnu jatuh karena terpeleset. “Hati-hati Wis jalannya licin”. Kataku memperingatinya. Sambil meringis menahan sakit, dia menjawab “Iya Aku kurang hati-hati nih”.”Jam berapa nih?”tanyaku. Sambil mengambil HP dan melihatnya, Wisnu berkata “Jam 4 nie”. “Ya udah kita jalan terus saja biar nggak kesorean” Kataku. “Oke”. Jawabnya.

Lagi-lagi kami dibingungkan dengan jalan yang terbagi menjadi dua. Tanpa pikir panjang kami memilih jalur yang agak menanjak. Ternyata pilihan kami kurang tepat. Didepan ada sebuah jembatan yang panjangnya kira-kira 10 meter dan terbuat dari beberapa buah bambu yang sudah mulai keropos dan terhubung ke seberang sana. Kami berjalan dengan hati-hati, salah sedikit saja kami bisa terjatuh ke jurang yang dalamnya mungkin sekitar 30 meter lebih.

Suara serangga hutan makin lama terdengar semakin keras, pertanda hari makin sore. Tak lama kami sampai dipertemuan jalan yang diujungnya terdapat anak tangga yang menanjak. Tangga demi tangga kami naiki hingga tangga terakhir. Sedetik kemudian tubuhku terasa kaku, jantungku berdetak makin kencang. Aku tidak percaya dengan yang kulihat sehingga hanya terdiam. Sama halnya dengan Wisnu. Dihadapan kami, berdiri kokoh sebuah gapura yang berbentuk kepala raksasa yang sudah berlumut dengan mulutnya sebagai pintu masuk dan patung buto di kedua sisinya seakan-akan menyambut kedatangan kami.

Wajah Wisnu tampak pucat, lalu dia berkata kepadaku, “Mendingan kita balik saja deh, perasaanku enggak enak”.
“Yuk, cepetan dah hampir gelap nih”. Jawabku

Kami pun berbalik arah dan pulang. Di sepanjang perjalanan kami hanya terdiam saja. Perjalanan terasa dua kali lebih cepat, rasa takut kami membuat langkah kami begitu cepat. Akhirnya kami sampai di Dusun dan langsung menuju rumah dimana kami menitipkan motor. Pemilik rumah bingung melihat kami yang begitu cepat pulang. Akhirnya kami bercerita tentang yang kami alami barusan.

“Dulu curug itu sebenarnya tempat pariwisata, tetapi sekarang sudah terbengkalai karena tidak ada yang merawatnya dan gapura yang kalian liat itu, pintu masuknya”. Terang ibu itu.
“Hmm….begitu toh” kataku
“Yah sudah, lain kali kalau mas-masnya mau kesininya lagi jangan sore-sore” kata ibu itu.
“Iya bu, kami pamit dulu bu sudah malam”.Kata Wisnu.
“Iya, hati-hati dijalan”. Jawab Ibu itu.

Kami pun pulang kerumah menyusuri jalanan berliku-liku dan berkabut. Jalanan sangat sepi, Hanya beberapa kali saja kami berpapasan dengan kendaraan lain. Setelah sampai di rumah Aku mandi, kemudian berbaring diatas kasur. Hati ku masih penasaran dengan tempat itu dan masih ingin mengujunginya lagi suatu saat nanti. Karena kelelahan Aku pun tertidur lelap. Sekian

Baca juga :

kumpulan cerpen remaja

kumpulan cerpen

No comments:

Post a Comment