Sunday, March 3, 2013

Cinta Pengantar Ke Syurga

Apa kabar sahabat Indonesia. kali ini Cah Indonesia kan membagikan sebuah cerita dengan judul Cinta Pengantar Ke syurga. sebuah cerita singkat namun semoga dapat menghibur anda sekalian.

Angin sore terasa begitu dingin munusuk sampai ketulang. Diperparah dengan tubuhku yang kurus kerontang tak dapat menahan dingin. Matahari masih dapat aku lihat di ujung pembaringannya. Langit tampak menakutkan dengan gumpalan awan hitamnya. Dan senja berwarna merah gelap ini membawaku kedalam sebuah renungan yang sangat dalam. Aku merenungi satu hal yang sangat menggangu. Yaitu ketika semua orang bertanya. Kapan aku tersadar dari sakit jiwaku? Huft…. Aku tidak pernah tahu apa maksut dari perntanyaan itu. Pertanyaan yang sebenarnya jelas salah alamat jika ditujukan kepadaku. Aku adalah orang normal, sangat-sangat normal. Hanya saja aku manusia busuk yang kehilangan semua mimpiku. Aku kehilangan semua masa depanku, sebuah masa depan yang ketika ada diotak terasa begitu indah dan begitu menyegarkan jiwa. Tapi semua itu seperti halnya telur busuk yang memang sudah busuk dari sananya. Siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas semua yang terjadi? Menyalahkan orang tua. Mereka memang galak dan menyedihkan. Tapi yang saya tahu, mereka lebih setia dan tidak akan pernah meniggalkanku baik ketika aku hidup ataupun mati. Baik ketika aku sehat maupun sakit, dan baik ketika aku kaya ataupun jatuh miskin. Mereka jauh lebih layak diangap sebagai malaikat yang turun untuk membawa kebahagiaan kedunia. Tapi jika bukan mereka yang harus bertanggung jawab atas keburukan ini, terus siapa lagi manusia keji yang tega menghancurkan masa depan seorang makhluk ciptaan Tuhan. Hahaha…. Jangan-jangan Ia yang selalu kita sembah, selalu kita puja dan puji adalah tersangka atas hilangnya masa depanku. Aggrrh….. tapi Dia lah Dzat yang paling aku takuti diseluruh semesta alam. Karna Dia adalah raja di kerajaan langit dan bumi. Begitu banyak yang Ia berikan, tidak hanya banyak. Tapi memang semuanya milik Tuhan. Ampini aku ya Tuhanku. Bukan maksutku untuk menyalahkanmu. Tapi ya… beginilah umatMu jika berfikir. Tapi sebenarnya siapa yang telah melakukan ini semua. Hem…. Pasti wanita itu. Ya… dia adalah kekasihku 2 tahun lalu. Ketika pertama bertemu dengannya, aku merasa bahwa ia adalah jodohku. Dan perasaan itu semakin kuat aku rasakan setelah kita berdua memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Hampir satu setengah tahun aku lalui hidupku bersamanya. Ku rangkai sebuah impian untuk menua bersamanya,, tinggal dirumah yang sederhana dipinggir kota. Hingga akhirnya salah satu dari kita ataupun kita berdua mati dalam kedamaian. Itulah mimpi yang tak pernah bias terwujud. Ingin ku maki dan kemudian ku bunuh orang yang merebutnya dariku. Ingin ku pastikan bahwa wanita itu menderita dalam kehilangannya lebih dari yang ku rasakan. Wanita kejam yang dengan santainya meninggalkanku, dengan tanpa rasa bersalah melupakan jutaan janji yang ia ucapkan dari mulutnya. Hanya karena ia merasa kesepian ditempat yang jauh dariku. Ia Hanya karena ia tak mampu hidup sendiri tanpa bantuanku. Akhirnya ia mencari penggantiku. Dan itulah mong kosong paling menyedihkan dan menyesatkan yang pernah aku dengar. Huft… haruskah wanita yang paling ku cintai bertanggung jawab atas semua keadaanku ini? Tapi biarkanlah ia hidup bahagia dengan kekasihnya sekarang. Karna jika ia bahagia…. Akupun jelas sangat tersiksa. Tapi kenapa sampai sekarang tak sedikitpun ku bias membencinya. Padahal itulah pekerjaan sehari-hariku. Mencoba untuk membencinya dan kemudian melupakannya. Dan kenapa juga aku selalu mencintainya, padahal ia telah melukai hati yang menjijikan ini. Bahkan masih besar harapanku untuk kembali bersamanya. Akupun akan mema’afkannya bahkan sebelum ia meminta ma’af terlebih dahulu. Haahaahaahaa….bodohnya aku ini. Untuk apa aku harus memikirkan siapa orang yang harus bertanggung jawab atas keburukan ini. Toh pertanyaan orang-orang tentang kapan aku akan sembuh dari sakit jiwa? Adalah pertanyaan yang kemarin mereka ucapkan dan itulah pertanyaan terakhir mereka untukku. Takkan ada lagi orang yang akan menggangguku dengan pertanyaan konyol mereka. Tidak ada lagi rasa sakit hati. Rasa cemburu. Rasa ingin memiliki, dan rasa ingin dihargai. Akupun akan bisa melupakan wanita itu hanya dalam hitungan detik saja. Dan akhirnya, aku hanya mampu mendo’akan kedua orang tuaku agar mereka tetap dapat melanjutkan hidupnya dengan jauh lebih baik, dan tanpa beban. Dan tak lupa juga aku haturkan do’a untuk ia yang pernah aku cintai setulus hati, bahagialah kamu dengan kekasihmu sekarang. Semoga ia benar-benar jodohmu. Dan untukMu Tuhan. Terima kasih karena telah memberikanku banyak pelajarn tentang hidup. Terima kasih pula karena pernah mempertemukanku dengan makhluk terindahmu. Dan tak kan pernah aku lupakan nama wanita itu dan kan ku cintai ia sampai akhir hayatku. Karna ketika ku ucap namamu dan mengungkapkan betapa besarnya cintaku padamu. Malaikat pencabut nyawa telah mengangkat sebagian dari rohku. Ingat lah selalu diri ini yang begitu mencintaimu, PUTRI…

Baca juga cerpen lainnya:

Senja Kelabu
Kehilangan Adalah Takdirku

No comments:

Post a Comment